Saturday 14 November 2009

Ekowisata di Pulau Umang

Pulau Umang tak hanya menawarkan pesona keindahan bawah laut dan wisata air, tapi juga memperlihatkan upaya pelestarian lingkungan yang dilebur ke dalam paket tourism.

Saat ingin berlibur ke pulau terpencil, yang terbayang biasanya sebuah kawasan yang sepi, eksotis, dan hamparan pasir yang membatasi darat dengan lautan. Bayangan itu tak sepenuhnya meleset saat saya bersama 14 awak media massa lainnya tiba di Pulau Umang yang masuk dalam wilayah Provinsi Banten, Jumat (6/11) pekan lalu.

Pulau Umang yang merupakan private island saat itu memang lumayan "sepi". Tak banyak turis ataupun pelancong yang berkunjung ke sana di musim pancaroba kali ini. Isu gempa yang belakangan marak beredar, sepertinya ikut memengaruhi kondisi tersebut. Apalagi berpelesir ke daerah pantai, wah... jangan-jangan nanti ada tsunami.

Tapi bagi kami, isu gempa ataupun tsunami bukanlah halangan. Kami ber-15 tetap excited menanti keberangkatan ke pulau yang memiliki luas lima hektare itu. Jarak tempuh 183 km dari Jakarta dapat kami lampaui selama 4,5 jam, plus lima menit perjalanan menggunakan kapal motor menyeberang dari Kecamatan Sumur, Pandeglang, ke pulau yang dimaksud.

Dan, tibalah kami di Pulau Umang. Bayangan sebuah pulau terpencil dan sepi tak meleset 100 persen. Apalagi eksotismenya, sungguh serupa dengan angan-angan saya. Suara debur ombak, air laut yang jernih, serta pasir nan lembut mencitrakan kondisi pulau yang tenang dan jauh dari polusi.

"Selamat datang di Pulau Umang!" seru seorang staf Pulau Umang Resort, sesaat setelah saya dan rekan-rekan menjejakkan kaki di pulau yang terletak di perairan Selat Sunda itu.

Dari segi lokasi, Pulau Umang berada di sebuah teluk yang "terlindungi" oleh Tanjung Lesung di sebelah utara, Pulau Panaitan di barat, dan Ujung Kulon di selatan. Karena letak yang "tersembunyi" itulah, ombak di pantai pulau ini tidak terlalu besar. Ketenangan airnya nyaris menyerupai danau.

Berbuat untuk Lingkungan

Seperti halnya ketika berwisata ke pulau lain, di Pulau Umang pun kami disuguhi beragam kegiatan yang "berbau" laut. Snorkeling, menunggangi banana boat, ataupun bermain olahraga pantai merupakan beberapa kegiatan yang ditawarkan pengelola Pulau Umang.

"Kalau hanya menginap di pulau, pengalaman yang didapat tidak akan terlalu berkesan. Makanya, kami membuat program atau paket wisata air dan outbound bagi pengunjung Pulau Umang," kata President Director Pulau Umang Resort & Spa Christian PB Halim.

Saya dan rombongan mungkin termasuk orang pertama yang mendapat kesempatan menikmati paket wisata 3 hari 2 malam yang ditawarkan pengelola Pulau Umang. Kebetulan, pada bulan ini, paket wisata terbaru Pulau Umang yang diberi tajuk "Escape, Exploring Umang" mulai diluncurkan. Kegiatan yang masuk dalam paket wisata ini antara lain fun outbound, fishing competition,barbeque party, picnic lunch, pelesir ke Pulau Oar yang merupakan "tetangga" Pulau Umang, naik banana boat, rubber boat, dan snorkeling.

Pada kegiatan fun outbound, kami diajak untuk membangun ketangkasan serta kekompakan "bekerja" di dalam sebuah tim. Outbound ini dilakukan di Bukit Legon, yang berada 42 meter di atas permukaan laut. Jarak bukit dari Pulau Umang tidak begitu jauh, hanya sekitar 500-an meter. Kami harus menggapainya dengan berjalan kaki, setelah sebelumnya menyeberang dari pulau menggunakan kapal motor.

Ice breaking, 3 high ropes, dan flying fox adalah sebagian dari permainan yang harus kami lakukan dalam outbound ini.Bagi yang takut ketinggian seperti saya, permainan yang dipandu oleh Pak Peter ini rasanya bisa menjadi terapi. Goyangan akibat angin yang kami rasakan di atas ketinggian harus dijadikan tantangan yang wajib dilalui. Apalagi ketika tiba saatnya saya harus bermain flying fox yang memiliki jarak 200 meter, rasa takut dan grogi mesti segera dikalahkan. Kalau tidak, saya tidak akan bisa kembali ke pulau, karena permainan ini merupakan "pintu" untuk masuk ke kapal motor yang kemudian membawa kami "pulang" ke Pulau Umang.

Di atas Bukit Legon, biasanya para pelancong bakal dilibatkan dalam program penghijauan bertajuk "Ayo Tanam Sejuta Pohon" yang merupakan prakarsa dari mantan Menteri Pariwisata Marzuki Usman. Kegiatan ini, kata Christian PB Halim, terorganisir melalui sebuah wadah bernama Ujung Kulon Conservation Society (UCS),yang berdiri sejak 2005.

"Sudah menjadi komitmen kami untuk melakukan program berkelanjutan berupa pelestarian alam. Selama ini kita selalu memanfaatkan alam,sementara yang kita lakukan untuk alam masih sangat minim. Makanya, Pulau Umang mengagendakan kegiatan ini. Kegiatan pelestarian alam yang dikemas dalam bentuk menyenangkan," kata Christian, yang juga menjadi salah seorang pengurus UCS.

Terdapat lahan seluas 40 hektare lebih yang siap ditanami aneka jenis tanaman di Pulau Umang dan sekitarnya. Sebagian besar lahan itu berada di tiga kawasan perbukitan, yang semuanya merupakan milik pengelola Pulau Umang.

"Kami ikut mendorong para petani di sekitar Kecamatan Sumur untuk bercocok tanam di sini. Di samping tanaman keras, kami juga menanam pohon buah seperti mangga, jambu, dan durian," imbuh pria berusia 52 tahun itu.

Di Pulau Umang sendiri, Christian dan timnya sudah menanam sebanyak 20 pohon mangga, dan semuanya tumbuh dengan baik. Padahal, Umang merupakan pulau berpasir yang umumnya sulit ditumbuhi tanaman, kecuali yang berjenis tumbuhan pantai.

No comments:

Post a Comment

Author